28 Agustus 2025

Metro Barito

Terkini, Mendalam dan Terpercaya

Musim Kemarau, Karhutla Ancam Palangka Raya

Foto: Petugas BPBD berjuang memadamkan kobaran api di kawasan rawan karhutla di Palangka Raya. Upaya terus dilakukan demi mencegah kebakaran meluas.

metrobarito.com – Palangka Raya – Selama tahun 2025, jumlah insiden kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kota Palangka Raya menunjukkan kecenderungan meningkat. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mengungkapkan bahwa hingga awal Agustus, telah terjadi 62 peristiwa karhutla, dengan total area terdampak mencapai 18,7 hektare.

Pelaksana Tugas Kepala BPBD Palangka Raya, Hendrikus Satriya Budi, menjelaskan bahwa wilayah Kecamatan Jekan Raya mencatat jumlah kebakaran tertinggi, yaitu sebanyak 37 kasus. Ia mengingatkan pentingnya partisipasi warga dalam mencegah karhutla, terlebih saat musim kemarau yang rawan.

“Kebanyakan kebakaran terjadi akibat tindakan manusia, baik karena lalai maupun sengaja membakar lahan. Faktor alami nyaris tidak ditemukan. Ini harus menjadi perhatian semua pihak,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Jumat (1/8/2025).

Ia menyampaikan bahwa masih banyak masyarakat yang membersihkan lahan atau kebun dengan cara dibakar, yang berpotensi memicu penyebaran api. Bahkan, ada kejadian di mana titik yang sebelumnya telah dipadamkan kembali terbakar, diduga karena ulah orang yang tidak bertanggung jawab atau proses pemadaman yang kurang optimal.

“Ada satu area yang sudah kami tangani, tetapi api muncul kembali di lokasi yang sama. Dugaan kuat, ada unsur kesengajaan membakar ulang,” jelas Budi.

Menurutnya, diperlukan kesadaran bersama tentang dampak serius karhutla. Ia mengimbau agar warga tidak menggunakan api untuk membuka lahan dan segera melapor jika melihat tanda-tanda kebakaran.

“Kita semua punya tanggung jawab. Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi kepedulian bersama. Jangan sampai kebakaran semakin membesar baru bertindak,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kebakaran yang terus terjadi dapat menimbulkan dampak lanjutan, seperti gangguan pernapasan akibat asap, terhambatnya kegiatan belajar-mengajar, hingga terganggunya transportasi.

Meski BPBD terus melakukan pemantauan dan bekerja sama dengan berbagai pihak dalam menangani karhutla, Budi menekankan bahwa peran aktif masyarakat tetap menjadi faktor utama dalam mencegah perluasan kebakaran di kota tersebut. (En/red/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *